Jasad seorang anak laki-laki berusia 10 tahun ditemukan di rawa bakau, setelah ia diterkam buaya di depan saudara-saudaranya.
Lebih dari 100 pengunjuk rasa iklim ditangkap
Satu biaya yang tidak mau diungkapkan oleh Partai Buruh
Partai Buruh ‘terobsesi’ dengan ‘ideologi terbarukan’
Di daerah yang terkenal dengan serangan buaya, seorang anak berusia 10 tahun dimakan hidup-hidup di depan kakak dan adiknya.
Anak laki-laki itu diserang saat menyeberangi sungai di dekat rumahnya di Filipina selatan, kantor berita Jerman Deutsche Presse-Agentur melaporkan.
Dia dilaporkan direnggut dari perahunya di dekat kota Balabac, sementara kedua kakaknya menyaksikan dengan ngeri.
Buaya tersebut menyeret korbannya keluar dari bagian belakang perahu kayu kecil pada hari Senin, kata juru bicara kepolisian regional Letnan Kolonel Socrates Faltado.
Ayah anak tersebut mencari anaknya sepanjang malam namun tidak berhasil menemukan jasadnya.
Bagian tubuhnya yang setengah dimakan kemudian ditemukan oleh seorang nelayan di daerah hutan bakau di dekatnya.
Serangan terbaru ini terjadi setelah pihak berwenang menangkap seekor buaya air asin sepanjang 4,75 meter di daerah yang sama tahun lalu. Hewan tersebut diduga telah menyerang dan membunuh seorang nelayan kepiting dari kota tersebut. Pria itu terbunuh hanya tiga bulan setelah keponakannya yang berusia 12 tahun juga diseret buaya pada akhir 2017. Keponakannya tidak pernah terlihat lagi.
Meskipun serangan buaya sebelumnya pernah terjadi di kota ini, jumlah serangan telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
“Sejak 2015, kami tidak pernah mengalami satu tahun pun tanpa serangan (buaya) di Balabac,” kata Jovic Pabello, juru bicara dewan pemerintah yang bekerja untuk melestarikan lingkungan di gugusan pulau Palawan (termasuk Balabac).
“Ini adalah konflik penggunaan air,” katanya kepada AFP.
Pada bulan Februari tahun ini, seorang anak laki-laki berusia 12 tahun diserang ketika sedang berenang di sungai yang sama. Beruntung, anak itu berhasil melepaskan diri dari rahang makhluk itu ketika saudara-saudaranya mulai memukul kepalanya dengan dayung.
Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan populasi yang pesat di negara ini, diperkirakan predator air asin – yang dapat tumbuh hingga lebih dari 5 meter dan beratnya mencapai satu ton – dipaksa keluar dari habitat aslinya dan berburu lebih dekat ke kota-kota.
Buaya air asin pernah berkeliaran di Filipina, tetapi penipisan habitat, penangkapan ikan dengan dinamit, dan perburuan selama satu abad telah membuat mereka hanya tersebar di beberapa tempat. Mereka sekarang menjadi spesies yang dilindungi.
Buaya air asin adalah reptil terbesar yang masih hidup, dengan ukuran terbesar yang pernah diukur ditemukan di daerah Filipina pada tahun 2011. Spesimen monster yang diberi nama Lolong ini ditangkap dengan perangkap kabel baja selama perburuan selama tiga minggu setelah seorang anak terbunuh pada tahun 2009 dan seorang nelayan hilang. Setelah memecahkan Rekor Dunia Guinness sebagai buaya terbesar di penangkaran – dengan panjang 6,17 meter – Lolong mati karena penyakit misterius 17 bulan setelah ditangkap.
